Jakarta Barat – Sebuah insiden mengerikan terjadi di kawasan Tamansari, Jakarta Barat, ketika seorang pria berinisial SBN (34 tahun) nekat menyerang pria lain berinisial JT (56 tahun) dengan menggunakan sebilah parang. Motif dari serangan ini adalah ketidakpuasan SBN terhadap ejekan yang dialamatkan kepada kekasihnya oleh JT.
Menurut Kapolsek Tamansari, Kompol Adhi Wananda, kejadian tragis ini terjadi pada Sabtu (9/9) di depan salah satu hotel di kawasan Pinangsia. Dalam insiden itu, JT mengalami sejumlah luka serius, termasuk luka robek pada perut dan dada kiri, luka lecet pada punggung kiri, serta luka robek pada arteri punggung tangan kanannya dan putusnya jempol kanannya.
Menurut saksi mata, insiden bermula ketika JT mencemooh kekasih SBN dengan meminta kekasih tersebut untuk bernyanyi di depan umum. Kejadian ini membuat SBN merasa tersinggung dan marah.
“Pada hari kejadian, sekira pukul 19.30 WIB, korban menggoda dan menghina kekasih pelaku, ‘Putri, sini, mau nggak uang Rp 5.000. Nyanyi… nyanyi…’,” kata Adhi menirukan ucapan JT.
Kemarahan SBN semakin memuncak saat JT menantangnya untuk berkelahi, yang akhirnya berujung pada perkelahian sengit sekitar pukul 06.30 WIB.
“Dan sekitar jam 20.30 WIB pada saat hall singing hotel tersebut mau tutup, korban bertemu kembali dengan pelaku dan korban memanggil-manggil pelaku sambil menantang untuk berkelahi. Kejadian tersebut berlanjut pada hari berikutnya sekitar jam 06.30 WIB. Korban mengajak duel pelaku, lalu pelaku mengambil parang. Situasi semakin panas ketika melihat korban mengambil balok dan pelaku akhirnya melampiaskan kemarahannya dengan serangan parang,” jelas Kompol Roland Olaf Fredinan, Kanit Reskrim Polsek Metro Tamansari.
Setelah melakukan serangan brutal itu, SBN berhasil melarikan diri ke Medan. Namun, aparat berhasil menangkapnya pada Selasa (26/9) di Jakarta Utara. Saat ini, SBN dijerat dengan Pasal 351 KUHP tentang tindak penganiayaan berat.
Kejadian ini menjadi pengingat akan bahayanya konflik verbal yang bisa berkembang menjadi tindakan kekerasan fisik. Para ahli menyebutkan pentingnya penyelesaian konflik dengan cara yang lebih damai dan menghindari provokasi verbal yang dapat memicu pertikaian. (sugeng)